Selasa, 25 September 2012

Qur'an dan Gitarku Berkisah


Mukadimah (Sebuah Puisi)

Qur'anku, Gitar kehidupanku.
Setiap dentingnya menyejukkan langkahku.
Menciptakan sejuta harmoni dalam simponi hidupku.
Ku biarkan ia berdendang, menyelusup dalam seluk beluk nadiku.
Hingga gemanya bersua menembus pelita.

Ku petik satu demi satu maknanya.
Menjelaskan keMaha Kuasaan Sang Pencipta
Melantunkan akustik terindah sepanjang masa.

Qur'anku, Gitar kehidupanku.
Kan ku mainkan setiap dawai ayatnya.
Pun jari jemariku memetik tiap maknanya.
Menuntunku di setiap melodi jejaknya.

Qur'anku, Gitar kehidupanku.
Ia selalu dalam genggamanku.
Kerana ia Teman setia pelantun titah Rasul.

Qur'anku, Gitar kehidupanku
Meski ku belum pandai memainkanmu dalam rindu
Namun kuberjanji seumur hidupku...
Untuk terus belajar bersamamu
Melantun nada sendu cinta-Nya padaku

Puisi ini ku buat karena kerinduanku pada Qur'an dan Gitarku.
Teruntuk yang rindu pada alunan Ayat Cinta-Nya.
Purwokerto, 27 Juni 2010.



Seuntai Cerita
Ibarat sebuah gitar yg siap mendayu, Qur'an adalah lembaran penuh makna bertahtakan ayat-ayat cinta Sang Maha Indah yg dengan Kasih-Nya mengajarkan makhluknya untuk membaca, belajar, dan memahami. Konsep ini membawa kita pada setiap irama demi irama yg begitu merdu dari setiap kalimat-kalimat indahnya. Dimana setiap makhluknya akan memainkannya dengan lantunan paling sakral dalam kehidupan mereka. Betapa tidak, barangsiapa yg bergetar hatinya ketika membaca, bahkan mendengarnya adalah tanda keimanan tertinggi, selayak tubuh gitar yg akan bergema begitu setiap dawainya dimainkan. Terlebih dengan piawainya sang pemain gitar dengan elok gemulai jari jemarinya begitu cekatan memainkannya, seindah melantunkan nada-nada Allah dalam tiap bait ucap terindah dari Sang Maha Perkasa. Dengan dentingan itu, bertambahlah pula hasrat cinta kepada-Nya. Rintih kadang hati menangis, lirih kadang ucap bersua, merasakan kehadiran Sang Maha Kuasa dalam tiap barisnya.

Namun indahnya ia tak akan terpancar begitu ia tak pernah dimainkan. Hati tiada bergetar seiring keenam dawai itu tiada pernah dipetik satupun. Hanya ada ruang kosong di dalam rongga gitar itu yg tentu saja tidak akan pernah bermakna. Tanpa hadirnya sang pemain yg dengan pernuh hasrat membacanya dalam keheningan ataupun kebisingan. Siapakah gerangan hendak mengambil gitar itu dan memainkannya??? Selayak hendak mengambil Qur'an itu dan membacanya???

Bila melihat seutas dawai yg kokoh namun rapuh, seperti itu pula ayat-ayat-Nya dalam hati kita. Kokoh bila kita pegang, namun begitu rapuh bila kita biarkan. Seiring didiamkannya ia, suatu saat dawai itu akan putus. Seperti hilangnya ayat-ayat Qur'an dalam hati kita bila ia tak pernah terucap, tak pernah terdengar, atau bahakn kita tak pernah tahu apa ia (Qur'an), Naudzubillah.

Petiklah ia setiap hari duhai kawan, iramanya akan selalu menemanimu dalam kelam. Hingga jiwa itu terisi dan riang. Iman melambung tinggi, tetesan air mata jatuh dalam setiap ucap lirihmu. Berbaur bersama irama indah ayat-ayat-Nya. Suaranya akan selalu mengisi jiwamu yg kosong. Getarannya akan selalu kau rasakan dalam setiap detak nafasmu tiap kali kau memetiknya. Mainkanlah dan rasakan betapa indahnya ia hadir dalam setiap sisi kehidupan kita.

Sebuah Ilmu
Apa saja yg mesti kita lakukan terhadapnya (Qur'an)???

1. Mengimaninya
Kita harus yakin bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam. Kita wajib mengimani semua ayat-ayat yang kita baca, baik yang berupa hukum-hukum maupun kisah-kisah. Baik yang menurut kita terasa masuk akal maupun yang belum dapat kita pahami, yang nyata maupun yang gaib.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Rasul itu telah percaya akan apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan segenap orang mu’min pun percaya pula, masing-masing percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan utusan-utusan-Nya”. (Q.S. Al-Baqaarah; 285).

2. Membacanya
Seperti yang diajarkan Allah SWT dalam Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, “Iqra” atau “Bacalah”
Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa membaca dengan sebenar-benar bacaan (haqqa tilawah) merupakan parameter keimanan orang tersebut kepada Al-Qur’an. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
Artinya: “Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan ‘haqqa tilawah’ mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al Baqaarah: 121).

3. Mendengarkannya
Seperti yang dijelaskan dalam Ayat-Nya, Allah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Q.S. Al-Anfaal: 2)
Dalam Firman-Nya yang lain:
Artinya: “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata : ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wa Salam).” (Q.S. Al-Maidah : 83).

4. Mentadabburinya
Tadabbur Al-Qur’an dapat dilakukan dengan mengulangi ayat-ayat yang kita baca dan meresapinya kedalam hati serta memikirkan maknanya dengan bacaan yang lambat. Tidak hanya hati yang mentadabburi, tapi fisik kita yang lain pun ikut bertadabbur. Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam merupakan contoh terbaik bagi kita dalam cara mentadabburi Al-Qur’an, diriwayatkan ketika diturunkan surat Huud dan Al Waqiah sampai beruban rambutnya karena takut terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Artinya: “Maka apakah mereka tidak mentadabburkan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu turun dari sisi selain Allah tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya.” (Q.S. An Nissa: 82).

5. Menghafal dan Menjaga Hafalannya
Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam mengatakan barang siapa yang didalam rongga tubuhnya tidak ada sedikitpun Al Qur’an, tak ubahnya bagaikan rumah yang bobrok." (HR. At Tarmidzi).
Dari Ibnu Umar ra, bahwasannya Rasullulah saw bersabda :”Sesungguhnya perumpamaan orang yang menguasai Al Qur’an, seperti unta yang terikat. Apabila ia sangat berhati-hati maka ia akan tetap bertahan, dan apabila ia membiarkannya maka ia akan lepas.” {H.R. Bukhari Muslim}

6. Mengamalkannya
Mengamalkan berawal dari memahami ilmu-ilmunya serta berpegang teguh pada hukum-hukumnya, kemudian menyelaraskan hidup dan tingkah laku serta akhlaknya, sebagaiman akhlak Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam dalam Al Qur’an.
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk pada kaum yang dzalim.” (Q.S. Al Juma’ah: 5).

7. Mengajarkannya
Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahihnya dari Utsman r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.”
(Dikutip dari berbagai sumber­)

3 komentar:

  1. Haha.. pas pertama baca judulnya langsung keinget kyknya ini dulu pernah diposting di RM deh :) Jadi kangen masa2 dulu

    Mampir juga dong ke blog ane http://bit.ly/ayomaubertanya

    BalasHapus
  2. Salam kenal pak... bagus blog nya, ijin stalking... hehe

    BalasHapus
  3. To ThisIsMyWay, terima kasih kunjungannya. Sudah lama juga saya tidak ngeblog, :D

    BalasHapus

Silahkan komentar disini, diharapkan tidak memakai anonymous supaya lebih mengakrabkan (pilihlah profil Nama/URL dengan menggunakan nama samaran atau nama panggilan anda bila tidak memiliki akun).